Rabu, 26 September 2012

EVALUASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan sejauh mana perkembangan dan kemajuan kualitas hasil pendidikan.  Pendidikan apa pun bentuk dan tingkatnya pada akhirnya menuju kepada suatu perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang mencakup perubahan peningkatan kemampuan di bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
Pada akhir suatu program pendidikan atau pun pelatihan pada umumnya diadakan penilaian atau evaluasi. Evaluasi sangat penting dalam suatu program pendidikan dan pelatihan karena tanpa evaluasi, kita tidak dapat mengetahui seberapa jauh keberhasilan peserta didik dan tanpa evaluasi pula tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik.  Evaluasi pendidikan dan pelatihan merupakan proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami peserta didik. Untuk mendapatkan informasi dan mengetahui seberapa jauh perubahan atau peningkatan kemampuan itu diperlukan suatu alat ukur dan pengukuran. untuk pengukuran ini dilakukan dengan tes. Informasi yang diperoleh dengan pengukuran  tersebut diperlukan untuk membuat keputusan pendidikan.
Tujuan pendidikan itu adalah untuk memanusiakan manusia, serta membentuk SDM yang berkualitas. Program pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu strategi pengembangan SDM yang memerlukan fungsi evaluasi untuk mengetahui efektivitas pencapaian program pembelajaran tersebut. Pada umumnya orang sering beranggapan bahwa evaluasi program pendidikan dan pelatihan dilakukan atau dilaksanakan pada akhir-akhir pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Anggapan demikian kurang tepat karena evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi secara menyeluruh dan berkelanjutan. Hal tersebut berarti evaluasi merupakan suatu kegiatan secara menyeluruh yang tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan saja tetapi, evaluasi juga dilakukan di awal maupun di tengah proses kegiatannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas tentang evaluasi pendidikan dan pelatihan yang meliputi macam-macam alat pengukuran, cara pemberian angka dalam pengukuran tersebut dan yang lainnya. Yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat pencapaian peserta didik.

B.       Rumusan Masalah
            Dilihat dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah bagaimana
mengevaluasi pendidikan dan pelatihan serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan?

C.      Tujuan
            Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana cara mengevaluasi pendidikan dan pelatihan serta mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi tersebut.
D.      Manfaat
       Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat:
  1. bagi penulis: dapat menambah wawasan pengetahuan penulis sehingga dapat dijadikan bekal dimasa yang akan datang dalam melakukan evaluasi, serta dapat memenuhi tugas dalam mata kuliah pengembangan sumber daya manusia.
  2. bagi pembaca, berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kegiatan evaluasi pendidikan dan pelatihan serta untuk memperluas pengetahuan pembaca.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Klasifikasi Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan
            Berdasarkan fungsinya, evaluasi dan pengukuran yang diperlukan untuk memenuhi tiga kelompok kebutuhan yakni:
1.    Kebutuhan Psikologi
Secara psikologi orang yang sedang dalam proses belajar mengajar baik si pelajar (leaner) maupun sipengajar (teacher) memerlukan informasi yang dijadikan rangka acuan (frame of reference) untuk mengetahui sam[ai dimana mereka sudah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2.     Kebutuhan Didaktis
Dengan adanya hasil-hasil pengukuran dan evaluasi akan diperoleh manfaat antara lain:
1.      Memberikan umpan balik kepada leaner tentang tingkat pengetahuan dan kemampuan yang belum dicapai.
2.      Memberikan umpan balik kepada si pengajar, tentang hasil mengajar yang sudah maupun yang belum dicapai, dan mencari sebab-sebab yang belum tercapai sebagian tujuan pendidikan tersebut.
3.      Untuk membedakan kemampuan dan kegagalan atau keberhasilan seorang leaner dalam mencapai suatu jenjang atau tingkat pendidikan.
c.     Kebutuhan Administrasi
Dengan diperolehnya hasil evaluasi dan pengukuran akan berguna bagi keputusan-keputusan yang berhubumgam dengan administrasi dan pengelolaan , antara lain:
1.      Menentukan atau membuat keputusan tentang tamat belajar naik/ tinggal kelas dan sebagainya bagi leaner.
2.      Sebagi bahan laporan baik kepada instansi pendidikan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar tersebut.

Disamping pengklasifikasian berdasarkan fungsinya, evaluasi juga dapat dibedakan berdasarkan atas kapan pengukuran dan evaluasi itu dilakukan. Untuk itu evaluasi dibedakan menjadi:
a.   Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dilakukan di dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung. Evaluasi formatif bertujuan untuk mendapatkan umpan balik guna penyempurnaan, perbaikan rancangan, dan pelaksaanaan proses belajar mengajar selanjutnya. Bagi pendidik umpan balik tersebut dapat dipakai untuk perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dimana titik kelemahan/kekurangan ditemukan disitu perbaikan dapat dilakukan.

  .    Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilakukan pada akhir suatu proses pendidikan atau proses belajar mengajar. Tujuan utama evaluasi sumatif ini adalah untuk menentukan pendapat tentang keseluruhan proses belajar mengajar yang sudah selesai. Sebagai hasilnya akan diketahui sampai sejauh mana pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai suatu tujuan telah dicapai.

B.  Macam-Macam Alat Pengukuran (TEST)
Salah satu alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam rangka pengukuran dan evaluasi adalah tes atau ujian. Ilmu yang mempelajari berbagai macam tes dan berbagai teknik pengukuran disebut dosimologi. Berbagai jenis tes  tersebut sebagai berikut:
a.      Jenis tes berdasarkan tingkat-tingkatnya
1.      Tes tingkat prasyarat, dilakukan sebelum leaner memulai kegiatan belajarnya.
2.      Tes awal (pretesting), dilakukan pada permulaan rangkaian mata pelajaran itu akan dimulai.
3.      Tes selang (interval testing), dilakukan sewaktu pelajaran berlangsung.
4.      Tes kompherensif adalah jenis pengukuran, formatif yang dilakukan sebelum tes akhir.
5.      Tes akhir (final testing), dilakukan pada akhir suatu rangkaian pelajaran sifatnya juga kompherensif.
6.      Tes aman (safety testing) bila ada perbedaan yang mencolok antar “kesan pribadi si pengajar” yang barang kali subjektif dengan hasil ujian akhir.

b.      Berdasarkan cara dilakukan tes
1.      Tes tertulis, dimana leaner menjawab secara tertulis tes tersebut.
2.      Tes lisan, peserta atau leaner harus menjawab tes dengan lisan atau Tanya jawab secara lisan.
3.      Tes praktik, dimana leaner harus melakukan atau mempraktikkan suatu keterampilan tertentu.

c.       Berdasarkan bentuk pertanyaan
Tes pada garis besarnya dibedakan adanya 2 bentuk tes, yakni:
1.      Bentuk karangan (essay test)
Dalam tes ini sasaran tes di minta menguraikan tentang materi yang diujikan secara terbuka. Menurut bloom tes tersebut sangat berguna sekali untuk mengukur kemampuan:aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
2.      Bentuk tertutup (structured test)
Dalam bentuk ini jawaban telah tersedia dalam bentuk pilihan-pilihan,teruji tinggal  memilih jawaban yang paling sesuai. Tes ini dibedakan lagi menjadi:
a.       Tes benar salah, bentuk tes ini hanya sebuah kalimat pernyataan, teruji tinggal menyatakan benar (b) atau salah (s).
b.      Tes pilihan ganda, bentuknya adalah suatu pertanyaan –pertanyaan yang jawabannya telah tersedia dan teruji tinggal memilih satu jawaban yang paling benar.
c.       Tes menyesuaikan (matching test), disi ada 2 kelompok daftar pernyataan, kemudian teruji disuruh mencocokkan pernyataan-pernyataan yang ada pada 2 deretan daftar tersebut.
d.      Tes pilihan ganda berpasangan, dimana jawaban dari pernyataan-pernyataan itu lebih dari satu.
e.       Tes hubungan sebab akibat, dimana teruji diminta untuk menyatakan bagaimana sifat hubungan sebab akibat dari suatu pernyataan.
f.       Tes melengkapi, dimana testee (teruji)  tinggal melengkapi pernyataan yang tersedia.

C.  Cara Memberikan Angka
Seperti telah diuraikan di atas bahwa untuk melakukan evaluasi diperlukan pengukuran dengan alat/cara, yaitu tes. untuk tes objektif tinggal menghitung berapa yang salah dan benar dari soal yang diberikan. Tetapi untuk tes subjektif diperlukan kriteria tertentu guna menghindari subjektivitas dan memudahkan dalam memberikan skor.
 Cara memberikan angka dapat dilakukan dengan angka, maupun dengan huruf. Dengan cara apapun yang dipakai, scorring pada hakikatnya adalah usaha mengkuantifikasikan  informasi mengenai tingkat kemampuan oaring yang dites/diuji. Dengan
Secara teori dalam memberikan skor hasil tersebut, dapat mengikuti satu diantara 2 sistem atau acuan berikut:
a.      Beracuan kepada criteria (criterion referenced evaluation)
 yaitu apabila menginterprestasikan skor testee tersebut dengan cara membandingkan dengan satu tingkah laku tertentu yang dipandang sebagai criteria kompetensi atau kemampuan. Didalam menggunakan evaluasi beracuan criteria ini, maka yang dilakukan pertama-tama adalah menentukan batas luas, yaitu persentase yang dianggap memadai (misalnya 60%, 70%,80% dan sebagainya.
b.      Beracuan kepada norma (norm reference evaluation)
Yaitu memberikan skor dengan membandingkan dengan skor siswa-siswa lain yang disebut kelompok norma. Bila kita menggunakan evaluasi beracuan norma, sejak semula harus memperlakukan kelompok skor yang diperoleh itu sebagai sample dari distribusi skor populasi. Kemudian menggunakan daerah-daerah dalam kurva normal, dihitung dengan SD (Standar Deviasi) dan ditentukan daerah-daerah yang diberi A,B,C,D dan E. nilai batas lulus ditentukan kemudian.
Contoh: dari semua nilai yang diperoleh dihitung rata-ratanya (X) dan standar deviasinya (SD) kemudian ditentukan nilainya.

Nilai
Btas daerah dalam kurva
Banyaknya dalam %
A
B
C
D
E
(X) + 1,5 SD atau lebih
Antara (X) + 0.5 SD-(X) +1.5 SD
Antara (X) – 0.5 SD-(X) +0.5 SD
Antara (X) -  0.5 sd – X -1.5 SD
Kurang dari X-1.5
6.68
24.17
39.30
24.17
6.68

D.  Sistem Pemberian Angka
Pemberian angka terhadap hasil tes dapat dilakukan dengan berbagai cara, ada yang dilakukan dengan huruf dan ada juga dengan angka. Pemberian dengan system atau cara apapun sebenarnya yang penting bahwa angka-angka atau huruf-huruf tersebutb dapat menggambarkan tingkat kemampuan yang diperoleh oleh para leaner.
Apabila sistem pengangkatan dan penghurufan kemampuan tersebut dibandingkan dapat digambarkan sebagai berikut.
Golongan
Kemampuan
Nilai dengan huruf
Nilai dengan angka 0-4
Nilai dengan angka 0-10
Nilai dengan 0-100
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Jelek
A
B
C
D
E
3,3 -4.00
2,6 -3,2
1,9 -2,5
1,1 -1,8
<1
8-10
6-8
4-6
2-4
0-2
85-100
70-84
55-69
40-54
0-39


Di samping evaluasi terhadap tiap-tiap mata pelajaran, suatu program pendidikan harus melakukan evaluasi keseluruhan mata pelajaran didalam program studi tersebut.  Pengukuran kemampuan yang bersifat menyeluruh dari seoarng siswa/ mahasiswa ini dinyatakan dengan angka indeks yang disebut “indeks prestasi” atau “nilai mutu rata-rata”. Cara mencari nilai mutu rata-rata (NMR) dengan rumus atau indeks prestasi (IP).
IP (NMR)=∑ KN
       ∑ K

Keterangan:
K= Jumlah SKS mata kuliah yang diambil (jumlah SKS).
N=Nilai masing-masing mata kuliah

E.  Syarat-Syarat Alat Pengukur Yang Baik
Pengukuran sebagai usaha untuk mengumpulkan inf ormasi dalam rangka membuat keputusan-keputusan didalam proses pendidikan     dan pelatihan adalah sangat menentukan. Pengukuran menurut Guilford ( 1982) adalah proses
penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan nontes. Agar pengukuran dapat menghasilkan informasi yang diharapkan maka alat pengukurannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain adalah:

a.       Validitas
Validitas suatu alat ukur adalah sejauh mana alat tersebut mengukur terhadap apa yang diukur dengannya.
b.      Reliabilitas
Suatu  tes yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau stabilitas hasil tes suatu ukuran yang dilakukan. Suatu alat ukur dikatakan reliable (dapat dipercaya) bila hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah sama jika pengukuran tersebut dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan, atau orang yang lain dalam waktu yang sama atau waktu yang berlainan.
c.       Objektivitas
Suatu tes disebut objektif, bila persesuaian antara pertimbangan–pertimbangan para penguji yang kompeten dan secara sendiri-sendiri adalah tinggi. Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif penskor atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia.
d.      Pembakuan (standardisasi)
Alat ukur haruslah dibakukan, maksudnya bahan tes atau bahan yang digunakan untuk mengukur, petunjuk-petunjuk untuk mengerjakan tugas atau tes, cara penyajian alat pengukur, cara menerjemahkan hasil pengukuran, dan sebagainya harus dibakukan (disamakan).


e.       Relevansi
Adalah seberapa jauh dipatuhinya ketentuan-ketentuan atau criteria yang telah ditetapkan untuk memilih berbagai pertanyaan agar sesuai dengan maksud alat pengukur.
f.       Deskriminatif
Alat ukur yang baik adalah bersifat deskriminatif, artinya mempunyai daya pembela (discriminating power) yang tinggi.
g.      Kompeherensif
Alat ukur yang bersifat kompeherensif artinya dapat mencakup banyak hal yang diukur.
h.      Mudah digunakan
Artinya alat pengukur tersebut hendaknya disusun sedemikian rupa sehinnga mudah digunakan.

F.   Langkah-langkah Dalam Evaluasi
a)      Merencanakan evaluasi
Dalam merencanakan evaluasi ada dua pokok penting yang perlu ditetapkan, yakni sebagai berikut:
1.      Menuntukan tujuan
2.      Membuat blue print test (ujian)
3.      Menyusun alat ukur, atau penyusunan (membuat) tes


b)      Mempergunakan alat pengukur
Dalam mempergunakan alat pengukur yang berarti melakukan prngukuran harus memperhatikan kondisi-kondisi subjek yang akan di tes/diukur, agar mereka dalam kondisi kesehtan yang optimal. Demikian juga waktu pengukuran serta kindisi tempat pengukuran/tes harus diusahakan seoptimal mungkin, agar tidak diperoleh hasil yang “bias”.
c)      Menginterprestasikan hasil pengukuran
Untuk menghindari hasil interprestasi yang jaun berbeda, maka dalam hal ini, hasil-hasil pengukuran yang kuantitatif itu diterjemahkan ke dalam data-data kuantitatif.
d)     Mengadakan pertimbangan dan mengambil tindakan yang sesuai
Setealah dilakukan pengukuran, hasil pengukuran, dan interpestasinya maka langkah terakhir adalah mengadakan pertimbangan-pertimbangan serta mengambil tindakan yang sesuai dengan tujuan evaluasi yang telah ditetapkan.









BAB III
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Evaluasi adalah penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran  maupun dengan cara-cara lain untuk memperoleh dan membuat keputusan. Sedangkan pengukuran meliputi segala cara untuk memperoleh informasi dengan melakukan tes atau cara-cara lain. Evaluasi sangat penting dalam program pendidikan maupun pelatihan karena dengan evaluasi dapat dikeketahui sejauh mana ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Disamping untuk mengukur kemampuan atau pengetahuan peserta didik dalam proses belajar, evaluasi juga diperlukan untuk mengukur kemampuan leaner atau lulusan suatu program pendidikan setelah mereka bekerja dimasyarakat.
Adapun klasifikasi pengukuran dan evaluasi pendidikan terbagi menjadi, berdasarkan fungsinya dan berdasarkan atas kapan pengukuran dan evaluasi itu dilakukan. Berdasarkan fungsinya evaluasi diperlukan untuk memenuhi tiga kelompok kebutuhan yaitu kebutuhan psikologi, kebutuhan didaktis, dan administrasi. Sedangkan berdasarkan atas kapan pengukuran dan evaluasi dilakukan terbagi menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Dalam melakukan evaluasi itu sendiri terdapat beberapa macam alat pengukuran (test). Berbagai jenis tersebut terbagi menjadi: jenis test menurut tingkatnya, berdasarkan cara dilakukan tes, dan berdasarkan bentuk pertanyaan.
Dalam melakukan pengukuran terdapat cara dalam memberikan angka. Cara memberikan angka dapat dilakukan dengan angka ataupun huruf yang beracuan pada criteria tertentu. Agar pengukuran menghasilkan informasi yang diharapkan maka alat pengukurannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain: validitas, reliabilitas, objektivitas, standardisasi, relevansi, deskriminatif, kompherensif, dan mudah digunakan. Hal tersebut harus diperhatikan supaya ketika melakukan pengukuran benar-benar tepat sesuai apa yang diharapkan. Adapun langkah-langkah dalam melakukan evaluasi yaitu merencanakan evaluasi, mempergunakan alat pengukuran, menginterprestasikan hasil pengukuran serta mengadakan pertimbangan dan mengambil tindakan yang sesuai.

B.  Saran
Ketika kita memasuki dunia kerja dan menjadi seorang evaluator didalam sebuah program kegiatan maka seorang evaluator harus memperhatikan cara-cara dalam melakukan evaluasi dan syarat-syarat melakukan evaluasi yang baik serta mengetahui macam-macam alat pengukuran  supaya apa yang akan kita evaluasi dan kita ukur benar-benar sesuai dengan apa yang akan kita ukur. Sehingga tidak ada unsur subjektivitas.






DAFTAR PUSTAKA

http://blog.tp.ac.id/validitas-tes-pada-syarat-alat-ukur-yang-baik
Notoadmojo.Soekidjo.2003.Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta:Rineka Cipta

Tidak ada komentar: